OLEH: TOTO SUHARYA
Menjelang akhir tahun semester dua, kegiatan sekolah menumpuk dan biaya membumbung tinggi. Selama tiga bulan di akhir semester dua, siswa secara berkelanjutan melaksanakan ujian praktek dan tulis. Dalam tiga bulan tidak kurang dana sekolah harus dikeluarkan ratusan juta rupiah. Pihak sekolah maupun orang tua, di masa-masa akhir semester selalu mendapat beban mental dan material.
Beban sekolah karena keterlambatan dana, hampir setiap tahun tidak berubah. Pencairan dana bos dilaksanakan setiap tiga bulan sekali di akhir bulan. Sementara kegiatan harus berjalan semenjak awal bulan pertama. Dana iuran orang tua siswa tidak selalu lancar seperti yang diharapakan.
Sekolah tidak bisa memaksa pemerintah untuk segera mencairkan uang bantuan operasional di awal-awal bulan, karena sistem sudah mengatur sedemikian rupa. Upaya yang mungkin dilakukan adalah mengumpulkan orang tua untuk segera melakukan pelunasan dana iuran. Namun upaya tersebut tidak signifikan membuahkan hasil, karena orang tua siswa pun sama mengalami kesulitan ekonomi.
Beberapa sekolah mencoba melakukan kerjasama dengan pihak perbankan atau pihak perorangan. Perbankan atau perorangan meminjamkan dana talang dengan ketentuan bunga atau melebihkan dana pinjaman seikhlasnya. Kondisi ini menjadi kurang sehat untuk sekolah karena ada beban dana tambahan di luar kegiatan sekolah yaitu bunga atau dana kelebihan pinjaman sukarela.
Sekalipun dana sekolah sudah dibuat terjangkau, dana iuran sekolah selalu mengalami keterlambatan. Pemahaman dan kesadaran pentingnya dana pendidikan belum terlihat merata di para orang tua. Masih lebih banyak yang menunggak pembayaran dari pada mencicil setiap bulan. Padahal dalam satu kasus, ada orang tua dari kalangan tidak mampu dijanjikan mendapat pembebasan dana sekolah, tapi pembayaran iuran sekolah sudah lunas 100 persen. Mampu dan tidak mampu bukan masalah ekonomi, tetapi mungkin masalah mentalitas.
Upaya lain untuk mengantisifasi keterlambatan dana adalah kembali ke Sang Pencipta dengan melakukan kolaborasi spiritual antara pihak sekolah dengan orang tua. Kolaborasi spiritual adalah gerakan doa bersama antara warga sekolah, siswa, dan para orang tua. Kolaborasi dilakukan pada akhir semester dua menjelang ujian siswa kelas 12. Kolaborasi spiritual memanfaatkan peran orang tua sebagai penentu kesuksesan siswa dengan melakukan ritual doa secara konsisten selama tiga bulan berturut-turut.
Atas dasar itu pendidikan bukan hanya transfer pengetahuan kepada siswa tetapi memberikan edukasi kepada para orang tua agar tetap optimis dalam segala kondisi. Selain itu menanamkan rasa bangga kepada para orang tua, dengan menjadi donatur, dan bermanfaat bagi orang lain.
Rapat-rapat orang tua siswa, tidak hanya sebatas membahas anggaran dan rencana kerja sekolah, tetapi harus dijelaskan bagaimana memabngun kolaborasi mendidik anak-anak. Keberhasilan anak-anak ditentukan oleh pola didik orang tua. Sekolah dan guru-guru hanya melengkapi dan melegalisasi pendidikan yang dilakukan oleh orang tua di rumah. Maka dari itu, keberhasilan pendidikan anak-anak di sekolah, sangat berkaitan dengan pendidikan apa yang dilakukan orang tua di rumah.
Pendidikan yang tidak terbatas ruang dan waktu dari orang tua adalah doa. Ucapan-ucapan doa orang tua adalah pendidikan untuk anak-anaknya. Apa yang didoakan orang tua untuk anaknya adalah kehendak Tuhan. Doa adalah pendidikan sejati para orang tua untuk anaknya.
Tidak ada daya dan upaya, semua yang terjadi dan yang kita inginkan hanyalah kehendak Allah. Maka dari itu, untuk kesuksesan anak-anak perlu ada kolaborasi spiritual. Kolaborasi Spiritual adalah gerakan doa bersama menjelang ujian akhir untuk kesuksesan anak-anak, dengan melaksanakan gerakan dhuha dan tahajud bersama tanpa putus di rumah masing-masing sampai ujian anak-anak berakhir.
Penjelasan program kolaborasi spiritual dibahas dalam rapat khusus orang tua per kelas di bagi beberapa sesi. Dalam satu hari dilakukan rapat empat sesi untuk dua kelas. Model rapat orang tua seperti ini dilakukan agar penjelasan program lebih jelas dipahami dan disepakati bersama.
Kolaborasi spiritual adalah inovasi pendidikan dengan tujuan menyukseskan pendidikan anak-anak dengan dorongan spiritual orang tua. Dengan dorongan spiritual para orang tua, diharapkan anak-anak tumbuh menjadi generasi berkualitas, dan orang tua diberi kemampuan materil maupun material. Wallahu ‘alam.
(Penulis Kepala SMAN 1 Cipeundeuy, Pengurus PGRI Kab. Cianjur).